Drpm.umsida.ac.id – Dalam upaya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pencerahan (KKN-P) 37 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menyelenggarakan sosialisasi anti-bullying di SDN Jatisari II Purwodadi.
Acara ini mengusung tema “Berani Bicara, Berani Melawan” dan dihadiri oleh siswa, guru, serta perwakilan dari Komite Nasional Perlindungan Anak Pasuruan.
Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu pagi ini mendapat respons positif dari seluruh peserta.
Pentingnya Kesadaran Tentang Bullying di Sekolah
Sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa dan tenaga pendidik tentang dampak negatif bullying serta memberikan panduan mengenai cara mencegah dan mengatasinya. Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Kepala Sekolah SDN Jatisari II Purwodadi, Ibu Titin, yang menegaskan pentingnya menciptakan lingkungan yang ramah bagi semua siswa.
“Bullying bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Kita semua harus berperan aktif dalam menghentikan tindakan ini. Jika ada yang merasa dibully, kalian boleh lapor ke ibu atau ke guru-guru lainnya,” ujar Ibu Titin dengan penuh semangat.
Acara dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan Komite Nasional Perlindungan Anak Pasuruan, Djarot, yang menegaskan pentingnya peran semua pihak dalam mencegah perundungan di lingkungan sekolah. Ia menyoroti bahwa bullying bisa berdampak pada kesehatan mental dan emosional anak, sehingga perlu ada tindakan pencegahan yang lebih serius.
Kegiatan Interaktif dan Edukasi Tentang Bullying
Dalam sesi ceramah interaktif, Djarot menjelaskan berbagai jenis bullying yang sering terjadi, seperti bullying fisik, verbal, sosial, dan cyberbullying. Ia juga memberikan contoh dampak psikologis yang bisa dialami oleh korban, seperti kehilangan rasa percaya diri, stres, trauma, bahkan depresi.
Selain pemaparan teori, siswa juga diajarkan langkah-langkah praktis dalam menghadapi dan melaporkan tindakan bullying. Salah satu pesan yang ditekankan adalah pentingnya tidak diam ketika melihat teman menjadi korban bullying dan berani berbicara kepada guru atau orang dewasa terpercaya.
Sesi ceramah ditutup dengan diskusi interaktif di mana siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan berbagi pengalaman mereka tentang bullying.
Beberapa siswa, seperti Gio, Salsa, dan Cello, mengajukan pertanyaan yang langsung dijawab oleh Djarot. Antusiasme mereka menunjukkan bahwa anak-anak mulai memahami pentingnya mencegah bullying dan bagaimana mereka bisa berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih positif di sekolah.
Harapan untuk Sekolah yang Bebas dari Perundungan

Sosialisasi ini memberikan wawasan baru bagi seluruh peserta, baik siswa maupun tenaga pendidik, mengenai upaya nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah perundungan di sekolah. Guru SDN Jatisari II Purwodadi, Siti Nurhayati, mengapresiasi kegiatan ini dan berharap dapat terus dilaksanakan secara rutin.
“Kita semua memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua siswa. Semoga dengan adanya sosialisasi ini, kita bisa bersama-sama menghentikan bullying di sekolah kita,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi langkah awal dalam membangun budaya sekolah yang lebih ramah dan inklusif. Dengan adanya kerja sama antara mahasiswa, tenaga pendidik, dan organisasi perlindungan anak, diharapkan sekolah dapat menjadi tempat yang lebih aman bagi semua siswa.
Dengan suksesnya acara ini, SDN Jatisari II Purwodadi optimis bahwa upaya pencegahan bullying dapat terus berlanjut. Semoga kegiatan serupa terus diadakan dan membawa dampak positif bagi lingkungan sekolah, sehingga anak-anak dapat belajar dengan lebih nyaman dan tanpa rasa takut.
Penulis: Nurul Zhafirah