Drpm.umsida.ac.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pencerahan (KKN-P) kelompok 63 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) turut serta dalam upaya pengembangan pariwisata Desa Manting dengan menciptakan spot foto ikonik bertuliskan “I Love Manting.”
Spot foto ini dibuat dari botol bekas berisi ecobrick, sebuah inovasi ramah lingkungan yang bertujuan mengurangi limbah plastik sekaligus menambah daya tarik wisata di kawasan wisata religi Desa Manting, Kabupaten Mojokerto.
Proses perencanaan hingga pembuatan spot foto ini memakan waktu tiga minggu dan melibatkan seluruh mahasiswa KKN-P 63 Umsida.
Menggunakan Ecobrick untuk Wisata Ramah Lingkungan

Pembuatan ikon wisata ini memanfaatkan botol bekas yang diisi dengan ecobrick, yaitu sampah plastik yang dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam botol untuk digunakan kembali sebagai material konstruksi.
Dalam upaya mengumpulkan bahan baku, mahasiswa KKN-P 63 melibatkan siswa SD dan SMP setempat dengan meminta mereka membawa masing-masing dua botol bekas.
Hasilnya, terkumpul 130 botol, sedangkan sisanya diperoleh dari warga sekitar dan pembelian di tempat daur ulang.
Selain mengumpulkan botol, mahasiswa juga melakukan aksi bersih-bersih dengan mengumpulkan sampah plastik di desa untuk dijadikan bahan pengisi ecobrick.
Sungai yang mengalir di Desa Manting dimanfaatkan sebagai tempat mencuci botol sebelum diisi dengan sampah plastik. Antusiasme mahasiswa dalam proses ini juga mendapatkan respons positif dari masyarakat yang turut membantu dalam pengumpulan sampah.
Ketua KKN-P 63, Naufal Alwan Dhiya Ulhaq, menjelaskan bahwa proyek ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik Desa Manting dengan cara yang inovatif dan berkelanjutan.
“Kami ingin memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan pariwisata desa. Dengan memanfaatkan botol bekas, kami juga membantu mengurangi limbah plastik yang sebelumnya hanya menjadi sampah tanpa manfaat,” ujar Naufal.
Dukungan Warga dan Perizinan dari Pemerintah Desa
Pembuatan spot foto ini mendapat dukungan penuh dari warga dan pemerintah desa. Kepala Dusun, Joni Irawan, memberikan izin dengan syarat lokasi tidak mengganggu akses menuju wisata religi Makam Mbah Sinari. Juru kunci makam pun menyambut baik inisiatif ini dan berharap keberadaan spot foto dapat menambah daya tarik bagi wisatawan.
Salah satu warga, Nur, mengungkapkan bahwa keberadaan spot foto baru ini memberikan nilai tambah bagi desa. “Semenjak ada spot foto ini, wisata religi terlihat lebih menarik. Semoga semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke desa kami,” katanya.
Keisha, seorang remaja setempat, juga turut berkomentar, “Cantik sekali spot fotonya, terima kasih sudah membuatkan ikon baru untuk desa kami.”
Harapan dan Manfaat Jangka Panjang
Selain menambah daya tarik wisata, proyek ini juga memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa KKN-P 63 Umsida. Mereka belajar tentang kerja sama tim, perencanaan proyek, serta cara memanfaatkan bahan bekas menjadi sesuatu yang bernilai tinggi.
Dengan adanya spot foto “I Love Manting,” mahasiswa KKN-P 63 Umsida berharap wisata religi Makam Mbah Sinari semakin dikenal dan dapat menarik lebih banyak wisatawan dari berbagai daerah.
Selain itu, proyek ini juga menjadi bukti bahwa dengan inovasi sederhana dan kerja sama, masyarakat dapat menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan dan ekonomi desa secara berkelanjutan.
Penulis: Lianatus Sholicha