
Sidoarjo – Di tengah modernisasi pangan yang semakin pesat, Tempe Nawa dari Desa Jenggot, Kecamatan Krembung, Sidoarjo, tampil istimewa karena masih mempertahankan cara tradisional dalam proses pembuatannya. Sejak berdiri pada 2017, UMKM ini setia menggunakan daun waru sebagai media fermentasi, menjadikannya tempe dengan cita rasa khas sekaligus melestarikan kearifan lokal yang mulai jarang ditemui.
Metode fermentasi dengan daun waru dipercaya mampu menjaga kualitas tekstur dan aroma tempe, berbeda dengan kebanyakan produk tempe modern yang menggunakan plastik. Tradisi inilah yang membuat Tempe Nawa memiliki nilai lebih, bukan sekadar makanan, tetapi juga warisan budaya kuliner.
Untuk mendukung pengembangan usaha, mahasiswa KKN-T Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) turut hadir memberikan sentuhan inovasi. Salah satu program kerja yang dijalankan adalah re-desain logo Tempe Nawa agar tampil lebih modern, estetik, dan menarik di mata konsumen. Inisiatif ini dilakukan dengan tujuan memperkuat branding tanpa menghilangkan identitas tradisional yang melekat pada Tempe Nawa.

“Tempe Nawa memiliki keunikan yang tidak dimiliki tempe lain. Kami ingin logo baru ini menjadi wajah segar yang merepresentasikan perpaduan tradisi dan modernitas, sehingga Tempe Nawa semakin dikenal luas,” ungkap salah satu mahasiswa KKN-T.
Metode fermentasi dengan daun waru tetap menjadi ciri khas utama Tempe Nawa. Cara tradisional ini dipercaya mampu menjaga kualitas tekstur dan aroma tempe, berbeda dengan kebanyakan produk tempe modern yang menggunakan plastik.

Pemilik Tempe Nawa, Bapak Nawawi, menyambut positif kolaborasi ini. Ia bercerita bahwa sejak awal berdiri, perjuangan menjaga tradisi daun waru bukanlah hal mudah, terutama di tengah persaingan pasar yang menuntut kepraktisan. “Banyak orang beralih ke cara instan, tapi kami tetap percaya pada kualitas tradisional. Dukungan mahasiswa membuat kami yakin bahwa tradisi bisa berjalan beriringan dengan inovasi,” ujarnya penuh semangat. Program KKN-T di Desa Jenggot ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga meninggalkan jejak nyata berupa penguatan potensi UMKM lokal. Kehadiran mahasiswa diharapkan membantu Tempe Nawa semakin dikenal sebagai produk yang bukan hanya lezat, tetapi juga sarat nilai budaya. Dengan kombinasi tradisi fermentasi daun waru dan sentuhan branding modern, Tempe Nawa siap menjadi ikon kuliner Sidoarjo yang mampu bersaing di pasar lebih luas tanpa kehilangan identitas aslinya.