Perkembangan dunia virtual kian semarak seiring dengan samakin derasnya lalu lintas informasi. Sumber informasi kemudian banyak yang beralih melalui kanal-kanal digital dengan berbagai model dan bentuk yang kian beragam. Celakanya, perkembangan ini diiringi pula dengan merebaknya hoaks. Terutama karena minimnya proses cek kebenaran.
Merespons hal itu, dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Bojonegoro pada Sabtu (14/3) menyelenggarakan Workshop Milenial Antihoaks sebagai lanjutan dari pembentukan Malahoaks (Milenial Lawan Hoaks), komunitas yang digawangi oleh pelajar Muhammadiyah Bojonegoro. Mengambil tema “Covid-19, Informasi Sesat, dan Upaya Mitigasi”, kegiatan ini diikuti oleh pelajar Muhammadiyah Bojonegoro sebagai upaya mereka untuk menanggulangi hoaks seputar Covid-19.
Dalam sambutannya, Dimas Alvianto, Ketua Umum PD IPM Bojonegoro menyampaikan bahwa kegiatan ini sejalan dengan visi Ikatan Pelajar Muhammadiyah, yakni gerakan literasi sebagai pondasi mewujudkan masyarakat ilmu. Ikatan Pelajar Muhammadiyah, lanjutnya, memiliki tanggung jawab moral dan intelektual menyikapi perkembangan hoaks—terutama berkenaan dengan kabar sesat seputar Covid-19 yang kian hari kian marak.
Acara ini mengundang tiga orang narasumber dengan berbagai latar belakang. Diantaranya Ahmad Nurefendi Fradana, dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan Fery Martasonar, Ketua PW IPM Jawa Timur.
Ahmad Nurefendi Fradana menyampaikan paparan mengenai pentingnya bekal literasi untuk menjadi anggota masyarakat digital. “Kita semua sudah telanjur menjadi bagian dari masyarakat digital yang acap memiliki labirin panjang dan berliku. Salah satu titik labirin itu bisa mengandung informasi palsu yang menyesatkan,” paparnya. Hoaks, lanjutnya, menjadi semacam risiko yang harus diterima. Sehingga, kita perlu bekal antihoaks dengan literasi yang memadai.
Sedangkan Fery Martasonar dalam paparannya menyampaikan, era pascakebenaran menciptakan situasi yang rancu antara kebenaran dan kebohongan. Jarak yang tipis antara keduanya inilah yang kerap membuat kebenaran informasi yang berkembang di masyarakat menjadi kabur. Dalam hal pandemi Covid-19 misalnya, kabar kabur menjadi wabah tersendiri sehingga memperparah keadaan.
Acara ini diakhiri dengan pembekalan komunitas Malahoaks yang akan fokus pada kampanye melawan hoaks di internet, terutama media sosial.