
Umsida. ac.id – (Rabu/02/2025), telah diselenggarakan seminar bertema “Pengaruh Media Sosial Terhadap Overthinking pada Remaja” di Balai Desa Sempu. Acara ini dihadiri oleh sekitar 20 remaja dari wilayah setempat dan merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata Pencerahan (KKN-P) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Seminar ini bertujuan untuk memberikan edukasi tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja, khususnya dalam hal overthinking dan rasa insecure.
Acara dibuka dengan sambutan dari Ifa, selaku Koordinator Acara dan mahasiswa KKN-P Umsida. Berikut adalah sambutannya: “Assalamualaikum wr wb, perkenalkan saya umy aulia hanifah selaku koordinator seminar pada sore hari ini, yang terhormat Bapak Eko Suroso selaku Kepala Desa Sempu yang berhalangan hadir pada sore hari ini. Sebagai koordinator acara saya mengucapkan terimakasih kepada kakak-kakak yang telah hadir pada seminar hari ini, semoga acara berjalan dengan lancar dan bermanfaat. Kami juga mohon maaf bila ada kekurangan saya ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum wr wb”
Sesi pertama dimulai dengan presentasi oleh Tiara dan Mala. Tiara menjelaskan mengenai pengertian overthinking, yang merupakan keadaan ketika seseorang terus-menerus memikirkan suatu masalah atau peristiwa dengan berlebihan, sering kali tanpa ada solusi yang jelas. “Overthingking itu merupakan kondisi berpikir berlebihan sehingga menyebabkan stress dan kecemasan, ini bisa berupa merenung tentang masa lalu atau berfikir berlebihan tentang masa depan yang dapat mengganggu kesejahteraan mental kalian. Contoh dari overthingking itu jika kalian sedang studi, kuliah, kerja atau sedang melaksanakan ujian sekolah kalian sudah melakukan ujian tersebut kemudian setelah itu kalian memikirkan bagaimana hasilnya nanti. Dari overthingking ini ada berbagai bentuk, salah satunya ada Rumination dan Worrying, Rumination ini adalah merenung berlebihan yang dimana merenung ini sudah terjadi. Lalu ada Worrying atau kekhawatiran yang berlebihan dimana sesuatu yang belum pernah kalian lakukan sebelumnya. Selanjutnya saya akan menjelaskan dampak yang dapat menyebabkan kita terganggu, dampak-dampak ini saling berkesinambungan adapun beberapa dampak tersebut yaitu dampak mental yang meliputi meningkatkan stres dan kecemasan, mengurangi rasa percaya diri, menyebabkan gangguan tidur dan sulit berkonsentrasi. Selanjutnya dampak fisik yang meliputi sakit kepala dan ketegangan otot, kelelahan karena terlalu banyak berpikir, menurunnya sistem imun akibat stres berlebihan. Dari dampak fisik ini juga berpengaruh pada dampak perilaku dimana merasa kesulitan mengambil keputusan karena terlalu banyak pertimbangan, menunda pekerjaan atau tugas karena takut salah, Menurunnya produktivitas dan kualitas hidup. ” ungkap Tiara. Mala melanjutkan dengan menjelaskan bagaimana media sosial dapat memperburuk kondisi ini. “media sosisal sendiri memiliki peran posistif dan peran negatif nah adapun peran positifnya seperti kita memanfaatkan media sosial untuk mengembangkan kreativitas meningkatkan karir dan berbisnis seperti penggunan marketplace dalam media sosial, Dan adapun peran negatif yang pertama ada meningkatkan kecemasan dan stress sosial, yang kedua cyberbullying dan perundungan, yang ketiga kecanduan dan menurunnya produktivitas, yang keempat penyebaran informasi palsu (Hoaks), dan yang terakhir gangguan kesehatan fisik. Saya akan menjelaskan tentang kecanduan dan menurunnya produktivitas contohnya yaitu seorang remaja menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton TikTok, jadi lupa mengerjakan tugas, mengerjakan hal-hal produktif lainnya ” jelas Mala.
Dalam sesi ini, peserta juga diajak untuk memahami bagaimana konten yang dilihat di media sosial dapat menciptakan tekanan mental, seperti standar kecantikan yang tidak realistis atau kehidupan yang terlihat ideal. ” jadi media sosial itu dapat kita kontrol dengan memahami cara penggunaan dan pengaruh apa yang dapat kita dapatkan, media sosial tidak akan mengontrol kita tetapi kita sendiri yang akan menyaringkan dan mengontrol kemana arah media sosial tersebut apakah ke peran positifnya atau negatifnya.” tambah Tiara.
Sesi kedua dibawakan oleh Ifa dan Rifaldi, yang fokus pada cara mengatasi overthinking dan penggunaan media sosial dengan bijak. Rifaldi menjelaskan bahwa untuk mengatasi overthinking, penting untuk mengenali tanda-tanda awalnya, seperti perasaan cemas yang berlebihan atau kesulitan untuk tidur. “Bagaimana sih cara mengatasinya, pada poin pertama batasi waktu penggunaan media sosial, gunakan fitur screen time untuk mengontrol durasi penggunaan media sosial. Tetapkan jadwal khusus misalnya hanya membuka media sosial selama 30 menit hingga 1 jam. Yang kedua kurangi perbandingan sosial dan durasi konten yang dikonsumsi. Untuk durasi konten yang dikonsumsi ini ingat bahwa apa yang dilakukan di media sosial bukanlah kehidupan nyata sepenuhnya, tapi hanya bagian terbaik yang dipilih seseorang lalu dibagikan, durasi konten yang dikonsumsi unfollow/ mute akun yang sering membuat merasa cemas, insecure/ memicu overthingking. Ikuti akun yang memberikan edukasi hiburan sehat atau aktivitas positif. Jangan terlalu memikirkan reaksi orang lain, jangan terlalu terpaku pada jebakan komentar/ view ini bukan mengurangi harga diri atau kualitas pada diri seseorang. Yang selanjutnya ada alihkan fokus ke aktivitas positif, ganti waktu scrolling media sosial dengan aktivitas yang bermanfaat seperti membaca buku, olahraga, dan mengembangkan hobi. Dan yang terakhir Berlatih mindfulness atau relaksasi, cobalah deep breathing atau meditasi untuk menenangkan pikiran. Lakukan aktivitas yang membuat rileks seperti mendengarkan musik, berjalan-jalan, atau melakukan selfcare. Yang terakhir ini beristirahat dari media sosial. Jika merasa terlalu terbebani, cobalah melakukan sosial media beatbox selama beberapa hari/ minggu, gunakan waktu ini untuk fokus pada kehidupan dan kesehatan mental.” ujarnya.
Selain itu, Ifa juga mengenalkan konsep bilik konseling, yaitu ruang untuk berbicara dan berdiskusi secara pribadi dengan seorang konselor atau teman terpercaya. “Quote atau unggahan di media sosial sering menyebabkan rasa tidak nyaman, terutama ketika Anda membandingkan diri Anda dengan orang lain. Untuk mengatasi masalah ini, abaikan hal-hal yang membuat Anda merasa tidak percaya diri atau blokir akun yang menyebabkan perasaan ini muncul. Berbagi cerita dengan teman dekat mungkin membantu Anda mengatasi rasa takut Anda. Mirip dengan UKS untuk kesehatan mental, Bilik Konseling Ifa adalah tempat remaja berkumpul untuk berbagi cerita dan mengatasi overthinking. Di dalamnya terdapat layanan PIK-R, yaitu konseling sebaya, yang membantu remaja bercerita dengan lebih nyaman. Bilik konseling membantu orang menjadi kreatif dan mengurangi tekanan mental. Ini juga membantu mereka menyalurkan perasaan melalui seni, seperti melukis abstrak.” ujar Ifa. Bilik konseling ini bertujuan untuk memberikan ruang yang aman bagi remaja untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka.
Setelah sesi pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif dan tanya jawab. Dua peserta bertanya kepada Ifa mengenai topik yang telah disampaikan.
“saat musimnya peralihan sekolah dari smp ke sma, sma ke kuliah itu bisa memberikan dampak ketika kita tidak dapat diterima pada sekolah yang kita impikan, padalah kita sudah berusaha seperti les ke tempat A, B, C dan lain sebagainya, tetapi tidak dapat sesuai apa yang kita harapka, itu bagaimana cara mengatasi dampak dari kejadian tersebut?” tanya Audiens A.
Ifa menjawab, “disaat saya merasa down karena saya tidak diterima di universitas yang kita impikan, saya melakulan teknik refleksi dengan menggunakan peralihan nongkrong bersama teman atau mendengarkan musik,supaya tidak memikirkan suatu hal yang membuat saya terasa terbebani”
“bagaimana cara mengatasi overthingking karena mendapatkan bullying seperti di olok-olok oleh teman sebaya secara langsung” tanya Audiens B.
Ifa menjawab, “nah saat kita di olok-olok sebaikan kita tidak mengubris karena saat kita tidaka menanggapinya orang yang mengolok kita akan merasa dirinya sudah kalah seperti ” kok dia ga mempan yaa waktu di olok-olok” jadi dia akan berhenti dengan sendirinya, maka dari itu kita harus mengabaikan hal yang membuat kita tidak nyaman atau tidak berguna untuk diri kiya. atau kita bisa meningkatkan rasa percaya diri kita dengan melihat beberapa konten misalnya di TikTok yang bisa mengembalikan kepercayaan diri.”
Acara diakhiri dengan ucapan terima kasih dari MC yang bertugas.
Seminar ini berhasil memberikan wawasan yang berharga bagi para peserta mengenai pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental mereka, terutama dalam hal overthinking dan rasa insecure. Para peserta juga mendapat tips praktis untuk mengelola media sosial dengan bijak serta cara-cara mengatasi overthinking. Diharapkan, setelah mengikuti seminar ini, para remaja dapat lebih memahami diri mereka sendiri dan lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
Penulis: Tiara Dewi