KKNP 31 Umsida Bantu Siswa Desa Gerbo Belajar Membaca dengan Metode Syllabic

syllabic method desa Gerbo

Drpm.umsida.ac.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pencerah (KKN-P) 31 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) terus menunjukkan kontribusi nyata dalam meningkatkan literasi anak-anak di desa Gerbo.

Dalam program ini, mereka membimbing lima anak dari tingkat kelas 1 hingga kelas 3 sekolah dasar dengan metode membaca yang terstruktur, yaitu Syllabic Method.

Metode ini mempermudah anak-anak dalam memahami cara membaca dengan mengenali suku kata terlebih dahulu sebelum beralih ke kata dan kalimat utuh.

Penerapan Metode Syllabic untuk Meningkatkan Literasi

Syllabic Method adalah pendekatan yang mengajarkan anak-anak untuk mengenali suku kata sebelum membentuk kata secara utuh.

Metode ini telah terbukti efektif bagi anak-anak yang mengalami kesulitan dalam membaca, karena memberikan pemahaman yang lebih sistematis.

“Metode ini sangat membantu anak-anak yang masih mengalami kesulitan dalam mengenali huruf dan menghubungkannya menjadi kata. Dengan mengenal suku kata terlebih dahulu, mereka bisa lebih mudah membaca dan memahami cara pengucapan yang benar,” ujar Maylita, salah satu anggota KKN 31 Umsida yang terlibat dalam pengajaran.

Mahasiswa KKN membagi lima anak sesuai dengan tingkat kelas dan kemampuannya. Setiap mahasiswa bertanggung jawab membimbing satu anak dengan pendekatan yang lebih personal agar mereka dapat belajar dengan lebih nyaman dan terfokus.

“Kami memilih pendekatan satu anak satu pembimbing agar pengajaran lebih efektif. Dengan metode ini, kami bisa lebih memperhatikan perkembangan masing-masing anak dan memastikan mereka memahami materi dengan baik,” kata Liddiyah, anggota KKNP 31 lainnya.

Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Syllabic

syllabic method desa Gerbo

Pembelajaran diawali dengan mengenalkan anak-anak pada suku kata sederhana seperti “ma”, “ka”, “la”, yang diulang secara terus-menerus untuk melatih pengucapan dan daya ingat mereka.

Setelah anak mulai memahami pola suku kata dasar, mereka diajak untuk menggabungkan beberapa suku kata menjadi kata yang lebih kompleks, seperti “ka” dan “si” menjadi “kasi”, lalu menjadi “kasih”.

“Awalnya mereka kesulitan, tetapi setelah latihan beberapa kali, mereka mulai terbiasa dan lebih percaya diri dalam membaca. Kami juga selalu memberikan pujian agar mereka tetap termotivasi,” kata Irmana, mahasiswa yang turut membimbing anak-anak.

Selanjutnya, anak-anak diperkenalkan dengan kalimat sederhana, seperti “Saya makan nasi”, dengan tetap menggunakan metode suku kata dalam membacanya.

Dengan latihan ini, mereka dapat mulai memahami cara menyusun kata menjadi kalimat serta memahami makna di baliknya.

Tantangan dan Perkembangan Anak dalam Pembelajaran

Tentu saja, dalam menjalankan program ini, mahasiswa KKN menghadapi beberapa tantangan. Salah satu yang utama adalah perbedaan tingkat kemampuan membaca antara anak-anak.

Ada yang sudah cukup lancar membaca, tetapi ada juga yang masih kesulitan mengenali huruf.

Namun, dengan kesabaran dan strategi pembelajaran yang tepat, mereka berhasil menyesuaikan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.

Penggunaan alat bantu seperti kartu huruf dan gambar juga membantu dalam mempercepat pemahaman mereka.

Selain itu, keterbatasan fasilitas buku bacaan di desa juga menjadi kendala. Untuk mengatasi hal ini, mahasiswa KKN berusaha menciptakan alat peraga sederhana yang dapat digunakan sebagai bahan ajar.

Setelah beberapa minggu pembelajaran, hasil yang dicapai cukup menggembirakan. Anak-anak yang sebelumnya belum bisa membaca kini mulai mampu mengenali kata-kata sederhana dan bahkan membaca kalimat dengan lebih lancar.

“Dulu saya kesulitan membaca, tapi sekarang saya sudah bisa membaca kalimat seperti ‘Saya pergi ke sekolah’. Saya senang sekali!” ujar Akbar, salah satu anak yang mengikuti pembelajaran dengan metode Syllabic.

Mahasiswa KKN berharap program ini dapat terus berlanjut meskipun masa KKN mereka telah selesai. Mereka juga berharap masyarakat setempat dapat meneruskan program ini agar semakin banyak anak yang bisa belajar membaca dengan lebih mudah dan efektif.

“Harapan kami adalah agar literasi anak-anak di desa ini terus meningkat. Membaca adalah kunci untuk membuka banyak peluang di masa depan, dan kami ingin memastikan bahwa mereka memiliki kesempatan untuk berkembang,” ujar Sabrina, salah satu mahasiswa KKN 31.

Penulis: Achmad Shobich