Sidoarjo,- Bencana yang terjadi di Indonesia mengajarkan kita banyak hal. Mendorong kita untuk membuka tangan dan bergerak. Gerakan tersebut tidak sekedar dalam kapasitas pembicaraan, namun lebih dari itu. Bantuan moril, material, waktu dan tenaga, tentu harus diupayakan bersama. Agar lingkungan yang terkena bencana kembali bangkit. Adapun mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa perlu kiranya mengambil peran dalam hal ini. Karena jiwa muda dan bersemangat mereka akan selalu menjadi inspirasi bagi siapapun yang melihat dan mendengarnya. Jejaring yang kuat, komunitas yang tangguh dan terlatih, seharusnya bukan sekedar angan-angan belaka.
Komunitas mahasiswa tanggap bencana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Maharesigana, mengajarkan banyak hal. Manakala tim Pusat Studi Lingkungan UMSIDA berkunjung pada 20 Agustus 2024 untuk membuka cakrawala. Berangkat sebagai tim adalah Ketua Pusat Studi Lingkungan UMSIDA (Dr.Syamsudduha Syahrorini), 3 anggota (Ibu Inggit Marodiyah, Ibu Fitria Eka dan Bpk Muklis). Didampingi Ketua Bidang Pusat Studi UMSIDA (Dr.Noor Fatimah M) dan Ketua Seksi Inovasi dan Pusat Studi (Bpk.Arifin Mado).
Tim berdiskusi dengan para mahasiswa Maharesigana, didampingi oleh Wakil Rektor 3 UMM (Dr. Nur Subeki), Ka.Bid , Ka.Biro Kemahasiswaan dan Pembina Maharesigana (Bpk.Rindya Fery Indrawan). Diskusi atau sharing session berlangsung gayeng dan hangat. Mulai dari bagaimana awal pembentukan komunitas yang sekarang telah menjadi UKM tersebut, sampai pada giat-giat para relawan tanggap bencana dikonversi kegiatannya dalam mata kuliah. Dr.Nur menyampaikan,” Terbentuknya relawan ini bukan melawan takdir namun menyiasati takdir dengan menyiapkan komponen yang kuat melalui mahasiswa”.
Dari diskusi tersebut, dan selaras dengan tujuan tim berkunjung, ditemukan sebuah benang merah. Bahwa memang harus ada sekelompok orang yang perduli terhadap lingkungan, jika tidak bisa berharap pada semuanya. Harus ada komunitas tanggap bencana, yang awalnya mungkin masih harus “dipaksa”. Namun lama kelamaan akan terbiasa, dan justru ingin memberikan kontribusi nyata yang lebih banyak.
UMSIDA sesungguhnya memiliki modal awal. Telah ada kelompok mahasiswa di Prodi Psikologi FPIP yang bergerak di ranah psikososial misalnya, atau kelompok mahasiswa yang juga berperan serupa di prodi lainnya (seperti relawan pendidik dan relawan Kesehatan). Hanya tinggal dikuatkan dan didukung agar dapat seperti Maharesigana, yang kiprahnya tidak terbantahkan dalam membantu masyarakat saat bencana. Bahka pra dan pasca bencana, masih banyak kegiatan yang dilakukan oleh komunitas tersebut.
So, mungkinkah di UMSIDA dapat dibentuk UKM seperti Maharesigana UMM? . Kita tunggu!!!
Fitria Eka/Noor Fatimah M