Gedung Nasional lndonesia (GNI) Gresik, 4 Desember 2024 menjadi tempat dimulainya pesta budaya tahunan Dewan Kesenian Jawa Timur dengan tajuk “Damar Kurung Explore”. Jam 19.30 WIB acara dimulai, setelah beberapa sambutan kemeriahan estetika dihadirkan dengan seni khas Madura dan Pacitan. Jam 11 malam acara di GNI selesai, namun diskusi masih berlanjut. Podcast budaya melanjutkannya, menghadirkan 3 pembicara: perwakilan akademisi Joko Susilo dari PSPB Umsida, perwakilan seniman Eko dari Sanggar Makan Ati Pamekasan Madura, dan Misbach dari Komunitas Song Meri Pacitan.
“Perahu yang melayang di atas ratusan kapala manusia, tembang macapat Madura dilantunkan ngelangut, tarian para nelayan laksana angin yang dibawa dari lautan, lalu tetabuhan gamelan Madura sahdu berganti rancak. Sebuah karya seni berbasis lokalitas masyarakat Madura yang erat dengan kehidupan di lautan. Warisan kearifan nenek moyang yang patut kita pelajari untuk membentuk jati diri generasi masa kini.” Ungkap Joko Susilo pada podcast budaya yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jawa Timur bersama Pusat Studi Pendidikan dan Budaya – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (PSPB – Umsida) di pengujung diskusi pembukaan Jatim Art Forum-2024. Joko Susilo menambahkan “Dari pesisir utara melompat ke pesisir selatan Jawa Timur yaitu karakter seni khas masyarakat Pacitan yang menampilkan seni gamelan kreasi yang terbuat dari kaca. Seni ini bukan sekedar pertunjukan kontemporer biasa tetapi seni yang menjawab permasalahan lingkungan, pengembangan potensi generasi dengan estetika kreatif yang diciptakannya.”
Gelar budaya ini di buka oleh Bupati Gresik H Fandi Akhmad Yani S.E., M.MB. (Gus Yani) dimeriahkan oleh pertunjukan Sanggar Makan Ati dari Pamekasan Madura dan pertunjukan Gamelan Kaca dari Komunitas Song Meri Pacitan. Selain pertunjukan seni gelaran ini juga dipadati hari demi hari dengan pameran seni rupa Jawa Timur, sarasehan sejarah Gresik yang erat dengan spiritual dan budaya, juga pelbagai seni pertunjukan.
“Saya mengangkat kesenian karakter masyarakat Madura yang kesehariannya erat dengan lautan, mereka berlayar ke laut untuk menghidupi keluarganya. Ini adalah tradisi Madura yang diwariskan dari nenek moyang, mereka adalah para pejuang. Kami ajak anak-anak muda untuk menari bernyayi dengan menyadari kearifan lokalnya” Ungkapnya.
Pimpinan Song Meri Pacitan Mas Eko Menambahkan “Dengan sengaja kami memanfaatkan beling-beling kaca, botol bekas menjadi gamelan, dengan nada yang ditata melalui jumlah air di dalamnya. Gamelan ini menggunakan nada gamelan Jawa, dan kami ajak masyarakat umum yang bukan berasal dari kalangan pemusik untuk memainkannya”. Joko Susilo menyambut “Dua penampil di atas menjawab kegelisahan bahwa seni bukan sekedar untuk seni, tetapi seni dapat menjawab pelbagai masalah: sosial, lingkungan, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Dari sisi pendidikan seni yang mengangkat kearifan lokal Pacitan dengan masyarakat agrarisnya, dan kearifan lokal masyarakat Madura dengan karakter maritimnya, lengkaplah karakter Jawa Timur sebagai ladang budaya masyarakat majemuk dengan ragam karakter budayanya”
Penulis ; Joko Susilo