Pusat Studi Gender Perempuan dan Anak Gelar Lokakarya Ekofeminisme; Bahas Hubungan Lingkungan dan Keadilan Gender

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur menjadi tuan rumah bagi Lokakarya Ekofeminisme Ahad, (24/11/2024). Acara ini berlangsung di Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, yang berlokasi di Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya. Lokakarya ini merupakan hasil kerja sama antara Pusat Studi Gender, Perempuan, dan Anak (PSGPA) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dengan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur.

Lokakarya ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai konsep ekofeminisme, yang menggabungkan isu-isu lingkungan hidup dengan keadilan gender, dan dihadiri oleh sekitar 40 peserta yang berasal dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi, aktivis, hingga masyarakat umum yang peduli terhadap kedua isu tersebut. Acara ini diikuti oleh personalia Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur, utusan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) se-Jawa Timur, serta perwakilan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida)

Ahmad Nurefendi Fradana, Ketua Pusat Studi Gender, Perempuan, dan Anak (PSGPA) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), dan Zahrotul Janah, Pengagas Merdeka Sampah serta Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur, menjadi narasumber utama dalam lokakarya ini

Dalam pemaparannya, Ahmad Nurefendi Fradana menjelaskan bahwa ekofeminisme merupakan perspektif yang menghubungkan eksploitasi terhadap alam dengan penindasan terhadap perempuan, serta pentingnya upaya bersama untuk mencapai keseimbangan antara lingkungan dan hak-hak perempuan. Ia menekankan, “Ekofeminisme bukan hanya tentang melestarikan lingkungan, tetapi juga melibatkan peran aktif perempuan dalam menciptakan perubahan sosial. Perempuan sering kali menjadi korban dari kerusakan lingkungan, namun mereka juga memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang dapat memimpin gerakan lingkungan yang berkelanjutan.”

Zahrotul Janah, di sisi lain, mengungkapkan pentingnya gerakan perempuan dalam menangani isu sampah dan lingkungan. Sebagai Pengagas Merdeka Sampah, ia membagikan pengalamannya dalam mempromosikan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah yang lebih baik, serta bagaimana pendekatan ekofeminisme dapat mendukung gerakan tersebut.

Desi Ratna Sari, Ketua Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur, dalam wawancaranya menyatakan, “Lokakarya ini sangat penting karena menggabungkan isu lingkungan dengan keadilan gender. Sebagai perempuan, kita harus memiliki kesadaran yang tinggi terhadap kondisi alam yang kita tinggali, dan kita juga berperan besar dalam menjaga lingkungan. Ekofeminisme memberikan ruang bagi perempuan untuk menguatkan perannya dalam menjaga keberlanjutan alam dan juga memastikan bahwa hak-hak kita diakui dan dilindungi dalam upaya tersebut.”

Lokakarya ini tidak hanya memberikan wawasan dan diskusi, tetapi juga akan menghasilkan keluaran berupa buku karya peserta. Buku ini akan menjadi dokumentasi hasil refleksi dan pemikiran peserta mengenai ekofeminisme dan isu-isu lingkungan serta gender, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi gerakan ekofeminisme di Indonesia.

Acara ini mendapat sambutan positif dari peserta, yang merasa mendapatkan wawasan baru mengenai bagaimana isu-isu lingkungan dan gender saling terkait dan membutuhkan solusi yang integratif. Diskusi juga mengungkapkan pentingnya peran perempuan dalam pelestarian lingkungan serta bagaimana pendidikan gender dapat berkontribusi dalam menciptakan kesadaran ekologis yang lebih luas.

Melalui lokakarya ini, diharapkan peserta dapat membawa pulang pemahaman yang lebih dalam tentang ekofeminisme dan mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.

Penulis : Ahmad Nurefendi Fradana