Intip 14 Program KKN-T Mahasiswa Fikes Umsida yang Bertema Stunting

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida) melaksanakan KKN-T lebih awal dari KKN biasanya. Kegiatan ini berkolaborasi dengan BKKBN Jawa Timur dan mengangkat tema stunting. Dari kolaborasi ini, mereka memiliki 14 program KKN-T yang dijalankan oleh tiga kelompok mahasiswa KKN yang ada di desa Wonoayu, desa Ketimang, dan desa Ploso.

Keempat belas program tersebut merupakan rangkaian program yang bertujuan untuk mencegah angka stunting di Indonesia. Hal ini sesuai dengan arahan presiden yang mengamanatkan BKKBN sebagai ketua pelaksana mengatasi permasalahan ini.

Program-program ini ada yang dilaksanakan secara rutin dan ada pula yang dilakukan hanya satu atau dua kali saja selama mereka mengabdi di desa ini dari bulan Agustus hingga Oktober 2023. Beberapa program tersebut diantaranya:

Program KKN-T Stunting 2023

1. Pendampingan gizi dan kesehatan pada masa kehamilan pada program KKN-T ini mahasiswa melakukan kegiatan kelas ibu hamil kegiatan ini dilakukan secara rutin selama satu minggu sekali di balai desa.

Lihat juga: Pesan Mahasiswa Fikes yang Ikut dalam KKN-T Stunting 2023: Semoga Porgram Akan Berlanjut

“Setiap pertemuan kita beri materi yang berbeda. Misalnya tentang perkembangan janinnya bagaimana, nutrisi yang telah dikonsumsi selama hamil apa saja, persiapan mendekati persalinan, berapa jarak kehamilan yang ideal, hingga perawatan selama hamil Ucap Yeni Emilia, wakil ketua kelompok desa Wonoayu.

2. Penyuluhan Menu sehat bagi ibu hamil menyusui dan anak balita melalui Posyandu kegiatan ini mensosialisasikan menu gizi sehat untuk ibu hamil mengajarkan ibu menyusui pijat punggung atau akupresur untuk memperlancar ASI dan teknik menyusui yang benar

“Kita punya teknik akupresur untuk ibu hamil. Karena biasanya kan bumil merasakan mual hingga tidak nafsu makan. Itu kita kasih tahu, kalau misal ada keluhan seperti ini, bisa memijat bagian tubuh yang ini, seperti itu,” lanjut Yeni.

3. Pengukuran antropometri bagi bayi dan balita. Kegiatan ini dilaksanakan pada Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang mana bayi dan balita pengikuti pengukuran lengan dan kepala untuk menilai keseimbangan gizi dan pertumbuhan bayi/ balita. Pengukuran ini merupakan salah satu indikator yang bisa menentukan anak itu mengalami stunting atau tidak.

4. Program KKN-T keempat dari kegiatan ini adalah melakukan penyuluhan dan pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita,dan anak pra sekolah. Sama seperti program ketiga, pada penyuluhan ini dilakukan melalui sosialisasi di Posyandu yang memberi tahu tentang menu gizi sehat. Selain itu, kegiatan ini juga mengajarkan ibu tentang teknik pijat akupresur untuk menambah nafsu makan anak.

Lihat juga: Penutupan KKN-T Stunting, Kolaborasi Fikes Umsida dan BKKBN Jawa Timur

5. Guna memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, ada program bernama penyuluhan kesehatan lingkungan/ sanitasi. Kegiatan ini berupa kunjungan ke rumah-rumah warga desa untuk memberikan penyuluhan secara langsung.

Foto Istimewa

6. Masih berhubungan dengan kebersihan program KKN-T selanjutnya bernama fasilitas si peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih di sini mahasiswa mengunjungi rumah warga untuk melakukan pengecekan kamar mandi dan membersihkan genangan air.

“Kami membuat alat filtrasi air bersih yang berguna untuk menyaring air kotor yang ada di daerah tersebut. Misalnya terkena banjir, air keruh, atau penyebab lainnya. Kepalanya pun cukup sederhana seperti spon, kerikil, dan toples,” Ujar Syahrul Ibnu Mubarok Ramadhan, ketua kelompok desa Ketimang.

7. Program KKN-T ketujuh bernama penyuluhan dan peningkatan keterampilan masyarakat terkait menu gizi sehat melalui dapur sehat (Dashat) atasi stunting. Mahasiswa KKN membuat puding kelor untuk mencegah stunting dan juga bubur ubi ungu untuk menangani anemia.

“Dalam kunjungan ibu hamil sekaligus memberikan inovasi dapur sehat, kami membuat nugget pisang kelor untuk makanan pendamping ASI,” Lanjut Syahrul.

8. Dari inovasi Dashat tersebut, mahasiswa juga melakukan pendampingan tata kelola produksi dan pemasaran produk. Caranya dengan mengajarkan pembuatan produk hingga cara pengemasan agar menarik untuk diperjualbelikan.

9. Stunting tidak hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan bayi dan balita saja, tapi juga remaja yang menginjak usia dewasa juga perlu diperiksa. Oleh karena itu, dalam kegiatan KKN ini juga diadakan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi remaja putri. Selain itu, ada juga pemeriksaan HB pada remaja yang menjadi salah satu indikator terkenanya stunting hal ini diaplikasikan oleh kelompok desa Ploso.

Syahrul Ramadhani Alfiansyah selaku ketua kelompok mengatakan, “Kita mengadakan penyuluhan dan pemeriksaan HB kepada remaja secara rutin sebanyak dua kali dalam sebulan. HP rendah bisa menyebabkan anemia yang selanjutnya juga bisa menjadi indikator terkena stunting Oleh karena itu kami mengadakan penyewaan ini pada remaja yang mendekati usia menikah,”.

10. Pendampingan calon pengantin melalui aplikasi penampilan keluarga. Dalam program ini, mahasiswa melakukan kunjungan ke calon rumah pengantin.

Lihat juga: Dua Kali Mendapatkan Hibah PKKM, Berikut Manfaat Bagi Umsida

11. Program selanjutnya berupa konseling pada masa perencanaan kehamilan yang juga berupa kunjungan ke rumah calon pengantin.

12. Mereka juga melakukan pelayanan dan penyuluhan bagi masyarakat keluarga beresiko stunting yang diadakan di puskesmas atau posyandu. Kegiatan ini berguna untuk memberikan pemahaman mengenai stunting dan cara mencegahnya.

Foto Istimewa

13. Pemberdayaan kemandirian masyarakat berbasis pangan lokal seperti pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dll juga digalakkan dalam program KKN-T ini. Mereka melakukan penanaman daun katuk dan kelor di daerah sekitar balai desa agar bisa dimanfaatkan warga.

14. Program KKN-T yang terakhir adalah penyediaan media promosi luar ruang terkait pencegahan stunting entah itu berupa poster, smart chart, atau yang lainnya.

Dengan adanya 14 program yang beragam ini mahasiswa kknp standing 2023 berharap agar program KKN-T seperti ini bisa dilakukan kembali.

Penulis: Romadhona S.