Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) memberikan pelatihan kepada pendidik SLB Aisyiyah Porong. Acara tersebut mengangkat tema “Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Proses Identifikasi Siswa Berkebutuhan Khusus”, Kamis (3/2).Pelatihan ini berlangsung selama 2 hari dan diikuti oleh 9 pendidik, 2 mahasiswa, dan 3 pemateri. Sambutan pertama diberikan oleh kepala sekolah yang diwakilkan kepada Ketua Yayasan Pendidikan, Muhammad Nafir. “Setiap harinya kami memang mengajar. Tapi hari ini, kami yang belajar. Semoga dengan diadakannya pelatihan ini, para pendidik dapat memperoleh tambahan ilmu pengetahuan dan kita bisa berdiskusi mengenai kasus-kasus yang terjadi di Lembaga Pendidikan kita ini,“ ujarnya.
Perwakilan dari tim PKM, Nurfi Laili M Psi juga memberikan sambutan nya pada pelatihan tersebut. “Pelatihan ini tidak hanya untuk menambah pengetahuan tetapi kita juga bisa diskusi bersama untuk menyelesaikan kasus-kasus yang ada di lingkup kita,” jelasnya.
Zaki Nur Fahmawati M.Psi, Psikolog sedang menyampaikan materi bersama Nurfi Laili M.Psi., Psikolog
Pelatihan hari pertama di isi dengan 3 materi. Materi pertama disampaikan oleh seorang Psikolog, Zaki Nur Fahmawati M Psi tentang “Apa itu Observasi Psikologi?”. Ia menjelaskan cara melakukan penilaian terhadap seseorang secara subjektif dan objektif untuk mengambil kesimpulan.
Materi kedua disampaikan oleh Zaki Nur Fahmawati M Psi bersama Nurfi Laili M Psi. Materi ini berisi penyampaian karakteristik dan berbagai gangguan-gangguan yang dialami anak berkebutuhan khusus. Sedangkan materi ketiga diisi oleh Nurfi Laili M Psi tentang “Sejak dulu Riwayatmu” yang secara garis besar memberikan catatan betapa pentingnya proses identifikasi pada anak-anak berkebutuhan khusus.
Salah satu peserta menyampaikan bahwa dengan ada nya pengabdian masyarakat ini, menjadikan semua guru mendapatkan ilmunya secara rata. Ia juga mengatakan “Dari materi tersebut saya jadi mengingat bahwa mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus juga dilakukan secara objektif dan subjektif karena selama ini kebanyakan mendiagnosa dalam 1 pandang saja,” tutur Chusnul Chotimah seorang guru Tunagrahita.